Senin, 22 April 2013

Kapankah Saat nya harus Menghentikan Komitmen.?

Untuk  meraih kesuksesan dalam sebuah bisnis atau pekerjaan, suatu komitmen wajib adanya. Namun dalam suatu kondisi tertentu, komitmen yang kita buat adakalanya harus dihentikan. Hal ini disebut pula dengan De-Komitmen. Karena bisa jadi kita tidak dapat lagi melanjutkan pilihan tindakan tertentu dan ingin mengambil pilihan tindakan yang baru.

   Dalam pengertian lainnya, De-komitmen adalah tindakan memutuskan atau menghentikan tindakan (program, kebijakan, atau lembaga) tertentu agar dapat mengambil pilihan tindakan baru yang berbeda dari pilihan yang sebelumnya. 

      Misalkan :
     Berdasarkan contoh di tulisan sebelumnya, Badu perlu menghentikan tindakan rajin mengikuti jadwal latihan, membayar iuran anggota , dan membeli peralatan olahraga ketika ia memutuskan berhenti dari klub olahraga.

Kemudian, pada contoh Si Joni, misalkan si Desi suatu ketika berselingkuh, padahal Joni senantiasa memberikan yang terbaik bagi Desi, maka Joni bisa memutuskan untuk mengambil tindakan menghentikan setiap komitmennya selama ini terhadap Desi.

     Dilema atau masalah dalam dekomitmen adalah, seringkali tidak mudah menghentikan suatu pilihan tindakan karena telah banyak perhatian, tenaga, atau biaya. Dulu banyak negara yang masih saja punya kavaleri atau pasukan berkuda walaupun sudah ada motor, mobil, tank, dan pesawat udara. Sebab, sudah banyak komitmen di bidang kavaleri yang telah dilakukan, seperti adanya dokter kuda, adanya pabrik makanan kuda, pelatih kuda, rumah sakit kuda, dan sebagainya. Dengan kata lain, ada kalanya sulit merubah langkah karena sudah banyak komitmen yang lakukan.
   Menceraikan istri seringkali tidak semudah yang kita bayangkan karena sudah banyak komitmen yang dilakukan; tidak enak pada orang tua, perhatian maupun waktu dan emosi kita sudah banyak kita berikan, hingga akan seperti apa nantinya anak-anak pasca perceraian.

    Salah satu solusi yang bisa diambil dalam melakukan De-Komitmen adalah perlunya kita merenung secara mendalam dan pada situasi yang tenang. Atau kita bisa meminta nasihat dari orang yang kita "Tua-kan" baik secara kapasitas ilmu, teladan, usia, dan sebagainya. Karena bisa jadi apa yang menjadi masukan dari pihak lain yang lebih baik dari kita bisa menjadi solusi terbaik untuk membuat keputusan agar hati dan pikiran kita menjadi tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar